TETAMU TERAKHIR

[Muat Turun Artikel – Format PDF]

Saudaraku, tahukah siapa tetamu terakhir yang akan mengunjungimu? Tahukah anda apa tujuan ia menziarahi dan menemuimu? Apakah hajatnya darimu?

Ketahuilah! Ia tidak datang kerana dahagakan hartamu, atau kerana ingin menikmati hidangan lazat bersamamu, atau meminta bantuanmu untuk membayar hutangnya, atau memintamu memberikan sokongan kepada seseorang atau untuk menyelesaikan urusan yang tidak mampu ia selesaikan!

Tetamu ini datang untuk satu urusan penting yang telah ditetapkan. Anda dan keluarga anda malah seluruh penduduk bumi ini tidak akan mampu menggagalkannya dalam misinya tersebut!

Walaupun anda tinggal di istana-istana yang tinggi, berlindung di benteng-benteng yang kukuh dan di menara-menara yang kuat, dikawal dengan ketat, anda tidak dapat mencegahnya masuk untuk menemuimu dan menunaikan urusannya denganmu!

Untuk menemuimu, ia tidak perlu pintu masuk, atau meminta izin, dan membuat temujanji terlebih dahulu sebelum datang. Ia akan datang bila-bila dan dalam keadaan apapun; ketika kamu sedang sibuk ataupun lapang, sedang sihat ataupun sedang sakit, semasa kamu masih kaya ataupun sedang melarat, ketika kamu sedang bemusafir atau pun tinggal di tempatmu!

Saudaraku! Pengunjungmu ini tidak memiliki hati yang lemah. Ia tidak akan terpengaruh oleh ucapan-ucapan dan tangismu bahkan oleh jeritanmu dan sahabat-sahabat yang menolongmu. Ia tidak akan memberimu kesempatan untuk menilai semula perhitungan-perhitunganmu dan meninjau kembali urusanmu!

Kalau pun kamu berusaha memberinya hadiah atau menyogoknya, ia tidak akan menerimanya sebab seluruh hartamu itu tidak bererti apa-apa baginya dan tidak membuatnya berpaling dari tujuan asalnya!

Sungguh! Ia hanya menginginkan dirimu saja, bukan orang lain! Ia menginginkanmu semuanya bukan separuh badanmu! Ia ingin membinasakanmu! Ia ingin kematian dan mencabut nyawamu! Menghancurkan raga dan mematikan tubuhmu! Dialah malaikat maut!

Allah s.w..t berfirman, ertinya: “Katakanlah, Malaikat Maut yang ditugaskan untuk (mencabut nyawa) mu akan mematikan kamu; kemudian hanya kepada Tuhanmulah kamu akan dikembalikan.” (Surah As-Sajdah, Ayat 11).

Dan firman-Nya, ertinya: “Sehingga apabila datang kematian kepada salah seorang di antara kamu, ia diwafatkan oleh malaikat-malaikat Kami, dan malaikat-malaikat Kami itu tidak melalaikan kewajibannya”. (Surah Al-An’am, Ayat 61).

Kereta Usia

Tahukah kamu bahawa kunjungan Malaikat Maut merupakan sesuatu yang pasti? Tahukah kamu bahawa kita semua menjadi musafir di tempat ini? Sang musafir hampir mencapai tujuannya dan mengekang kenderaannya untuk berhenti?

Tahukah kamu bahawa pusingan kehidupan hampir akan terhenti dan “kereta usia” sudah mendekati destinasi terakhirnya? Sebahagian orang soleh mendengar tangisan seseorang atas kematian temannya, lalu ia berkata dalam hatinya, “Aneh, kenapa ada kaum yang akan menjadi musafir menangisi musafir lain yang sudah sampai ke tempat tinggalnya?”

Berhati-hatilah!

Semoga anda tidak termasuk orang yang Allah s.w.t. sebutkan, mafhumnya:

“Bagaimanakah (keadaan mereka) apabila Malaikat (Maut) mencabut nyawa mereka seraya memukul muka mereka dan punggung mereka?”. (Surah Muhammad, Ayat 27).

Atau firman-Nya, mafhumnya: “(Iaitu) orang-orang yang dimatikan oleh para malaikat dalam keadaan berbuat zalim kepada diri mereka sendiri, lalu mereka menyerah diri (sambil berkata), “Kami sekali-kali tidak ada mengerjakan sesuatu kejahatan pun.” (Malaikat menjawab), “Ada, sesungguh-nya Allah Maha Mengetahui apa yang telah kamu kerjakan. Maka masuklah ke pintu-pintu neraka Jahannam, kamu kekal di dalamnya. Maka amat buruklah tempat orang-orang yang menyombongkan diri itu”. (Surah An-Nahl, Ayat 28-29)

Tahukah kamu bahawa kunjungan Malaikat Maut kepadamu akan mengakhiri hidupmu? Menyudahi aktivitimu? Dan menutup lembaran-lembaran amalmu?

Tahukah kamu, setelah kunjungannya itu kamu tidak akan dapat lagi melakukan satu kebaikan pun? Tidak dapat melakukan solat dua rakaat? Tidak dapat membaca satu ayat pun dari kitab-Nya? Tidak dapat bertasbih, bertahmid, bertahlil, bertakbir, beristighfar walau pun sekali? Tidak dapat berpuasa walaupun sehari? Bersedekah dengan sesuatu meskipun sedikit? Tidak dapat melakukan haji dan umrah? Tidak dapat berbuat baik kepada kerabat atau pun tetangga?

“Kontrak” amalmu sudah berakhir dan engkau hanya menunggu perhitungan dan pembalasan atas kebaikan atau keburukanmu!!

Allah s.w.t. berfirman, yang bermaksud: “(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata, “Ya Tuhanku, kembalikanlah aku (ke dunia). Agar aku berbuat amal yang soleh terhadap yang telah aku tinggalkan”. Sekali-kali tidak. Sesungguh-nya itu adalah perkataan yang diucapkan saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan”. (Surah Al-Mu’minun, Ayat 99-100)

Persiapkanlah Dirimu!

Mana persiapanmu untuk menemui Malaikat Maut? Mana persiapanmu untuk menyongsong huru-hara setelahnya; di alam kubur ketika menghadapi pertanyaan, ketika di Padang Mahsyar, ketika hari Hisab, ketika ditimbang, ketika diperlihatkan lembaran amal kebaikan, ketika melintasi Shirath dan berdiri di hadapan Allah Al-Jabbar?

Dari ‘Adi bin Hatim r.a. dia berkata, Rasulullah s.a.w. bersabda,

“Tidak seorang pun dari kamu melainkan akan diajak bicara oleh Allah pada hari Kiamat, tidak ada penterjemah antara dirinya dan Dia, lalu ia memandang yang lebih beruntung darinya, maka ia tidak melihat kecuali apa yang telah diberikannya dan memandang yang lebih malang darinya, maka ia tidak melihat selain apa yang telah diberikannya. Lalu memandang di hadapannya, maka ia tidak melihat selain neraka yang berada di hadapan mukanya. Kerana itu, takutlah api neraka walau pun dengan sebelah biji kurma dan walau pun dengan ucapan yang baik”. (Muttafaqun ‘alaih)

Hitungkanlah Dirimu!

Saudaraku, bermuhasabahlah ke atas dirimu di saat masa lapang mu, fikirkanlah betapa cepat akan berakhirnya masa hidupmu, bekerjalah dengan sungguh-sungguh di masa lapangmu untuk masa sulit dan keperluanmu, renungkanlah sebelum melakukan suatu pekerjaan yang kelak akan dicatit di lembaran amalmu.

Di mana harta benda yang telah kau kumpulkan? Apakah ia dapat menyelamatkanmu dari cubaan dan huru-hara itu? Sungguh, tidak! Kamu akan meninggalkannya untuk orang yang tidak pernah menyanjungmu dan maju dengan membawa dosa kepada Yang tidak akan bertolak ansur denganmu!

Saringan dari artikel yang dari www.alsofwah.or.id dari artikel Az-Zâ’ir Al-Akhîr karya Khalid bin Abu Shalih oleh Abu Shofiyyah.

Advertisement

Tapi Kamu Bagai Buih…

[Muat Turun Artikel – Format PDF]

Oleh : Asy-Syaikh Salim Al Hilali

Hakikatnya telah pun diisyaratkan, peringatannya adalah jelas, tanpa keraguan. Jelas tanpa kekaburan. Terang tanpa terselubung kabus yang menutup pandangan.

Dalam   hadith   dari   Tsauban   r.a.   maula   Rasulullah   s.a.w   ketika   beliau   berkata:

Rasulullah s.a.w. bersabda: “Hampir terjadi keadaan yang mana ummat-ummat lain akan mengerumuni kalian bagai orang-orang yang makan mengerumuni makanannya”. Salah seorang Sahabat berkata; “Apakah kerana kami sedikit ketika itu?” Nabi berkata: “Bahkan, pada saat itu kalian banyak jumlahnya, tetapi kalian bagai ghutsa’ (buih kotor yang dihanyutkan air ketika banjir). Pasti Allah akan cabut rasa segan yang ada di dalam dada-dada musuh kalian, kemudian Allah campakkan kepada kalian rasa wahn”. Kata para Sahabat: “Wahai Rasulullah, apakah Wahn itu?”. Baginda bersabda: “Cinta dunia dan takut mati”. (Hadith Riwayat Abu Daud no. 4297, Ahmad 5/278, Abu Nu’aim dalam At Hilyah m.s. 182 dengan dua jalan dan dengan keduanya hadith ini menjadi sahih)

Hadith yang menceritakan tentang “wahn” ini menunjukkan keadaan umat Islam:

Pertama: Musuh-musuh Allah dari kalangan tentera Iblis serta pendukung syaitan selalu mengintai-ngintai perkembangan umat Islam serta negara mereka. Kerana mereka telah melihat penyakit “wahn” ini telah merasuki kaum muslimin. Penyakit ini telah menyembelih leher-leher umat Islam. Maka mereka menerkamnya dan menyembunyikan sisanya.

Kaum kuffar dan musyrikin ahlul kitab selalu melakukan hal demikian sejak munculnya fajar Islam. Dan ini berlaku ketika daulah Islam yang murni yang diasaskan dan dikukuhkan oleh Rasulullah s.a.w di Madinah dan sekitarnya.

Ini ditegaskan dalam hadith yang menceritakan tiga orang yang sengaja tidak ikut berperang (Hadith riwayat  al-Bukhari dan Muslim), sebagaimana dikatakan oleh Ka’ab bin Malik r.a.: “…Ketika aku berjalan di pasar Madinah, tiba-tiba ada seorang petani dari petani-petani negeri Syam  yang membawa makanan untuk dijual di Madinah berkata: Siapa yang boleh menunjukkan Ka’ab bin Malik kepadaku? Maka orang ramai memberitahunya, lalu dia datang kepadaku dan menyerahkan kepadaku sepucuk surat dari raja Ghassan. Dan aku adalah seorang yang pandai membaca, maka aku baca surat itu yang tertulis: Amma ba’du, telah sampai kepada kami berita bahawa teman-temanmu bersikap keras kepadamu. Dan Allah tidak akan membiarkanmu berada di negeri yang penuh dengan kehinaan dan kesempitan, maka datanglah dan bergabunglah dengan kami, kami akan melindungimu”.

Perhatikan, wahai saudara muslim yang bijaksana dan cuba renungkan, wahai saudara yang dikasihi, bagaimana orang-orang kafir selalu mengawasi berita-berita daulah Islam. Bila ada kesempatan, mereka akan menerkamnya dari segala penjuru. Itu juga dijelaskan dengan:

Kedua: Sesungguhnya umat-umat kafir saling membantu dan bergabung untuk menyerang Islam, daulahnya, pemeluknya dan para da’inya.

Siapa yang membaca sejarah perang Salib, akan memahami hakikat ini, di mana Bani Ashfar mempersiapkan pasukannya untuk membinasakan daulah khilafah. Telah jelas hal ini  seperti jelasnya cahaya matahari di tengah hari.

Dan mereka menyempurnakannya dengan membentuk “Kelompok”, kemudian “Badan Organisasi”, kemudian “Dewan”, kemudian “Organisasi Dunia”, untuk membakar semangat mereka dengan slogan-slogan. Juga:

Ketiga: Negeri-negeri Islam adalah sumber-sumber kebaikan dan berkah. Maka ummat-ummat kafir ingin menguasainya. Oleh kerana itu Rasulullah s.a.w menyamakannya dengan makanan yang lazat yang membuka selera, maka mereka menyerbunya, dan setiap dari mereka seolah macam singa ingin mendapat bahagiannya.

Keempat: Orang-orang kafir membuat negeri-negeri Islam menjadi kelompok yang terpecah-pecah dan terpisah-pisah, sebagaimana dalam hadith Abdullah bin Hawalah r.a.: Rasulullah s.a.w:

“Nanti kamu akan menjadi pasukan yang berpuak-puak. Satu kelompok di Syam, satu kelompok di Iraq, dan satu kelompok di Yaman”. kata Sahabat: “Berilah pilihan, wahai Rasulullah”. Maka Baginda bersabda: “Pilihlah yang di Syam, siapa yang enggan, maka yang di Yaman. Dan hendaklah dia minum dari airnya, kerana Allah menjaminkan untukku negeri Syam dan penduduknya”.

Rabi’ah berkata: Aku mendengar Idris Al-Khaulani menyampaikan hadith ini dan berkata: “Dan siapa yang dijamin Allah tidak akan rugi”.

Bukankah ini realiti umat Islam masa kini? Mereka menjadi negara-negara yang terpisah. Tidak punya wibawa. Tidak mempunyai kuasa untuk mengurus sama ada di dalam dan di luar negerinya dengan bebas. Semuanya diatur oleh orang kafir. Hanya Allah yang kita minta pertolongannya dan kepadanya kita bertawakkal.

Kelima: Kini, orang kafir tidak hormat lagi kepada kaum muslimin, kerana mereka (kaum muslimin) sudah kehilangan wibawanya di hadapan umat-umat lain. Yang mana suatu ketika dahulu wibawa itu membuat gementar lutut dan sendi-sendi orang kafir dan pasukan Iblis. Ini adalah kerana senjata pemusnah milik kaum muslimin tidak lagi ditakuti oleh orang kafir.

Allah berfirman: Kami akan isikan hati orang-orang kafir itu dengan perasaan gerun, disebabkan mereka mempersekutukan Allah“. (Surah Ali Imran, Ayat  151)

Rasulullah s.a.w bersabda; “Aku ditolong Allah dengan musuh mengalami rasa takut, padahal aku masih sebulan perjalanan ke sana”.

Keenam: Unsur-unsur kekuatan umat Islam bukan pada ramai jumlahnya dan kekuatannya, pasukan tempurnya dan kesombongannya, pasukan infantrinya dan para komandannya, tapi pada aqidahnya dan manhajnya. Kerana umat ini adalah umat tauhid dan pendokong panji-panji tauhid.

Apakah engkau tidak dengar sabda Rasulullah s.a.w ketika menjawab pertanyaan seorang Sahabat tentang jumlah: “Bahkan kamu ketika itu ramai!”?

Perhatikan pengajaran dari perang Hunain, akan engkau dapati dia menjadi contoh di sepanjang masa.

“…dan di medan perang Hunain, iaitu semasa kamu merasa megah dengan sebab bilangan kamu yang ramai; maka bilangan yang ramai itu tidak mendatangkan faedah kepada kamu sedikitpun“. (Surah At-Taubah, Ayat 25)

Ketujuh: Kedudukan umat Islam tidak dihiraukan sedikitpun di kalangan bangsa-bangsa di muka bumi, sebagaimana sabda Rasulullah s.a.w: “Akan tetapi kamu bagai buih, seperti buih banjir.”

Sabda ini menjelaskan beberapa hal:

1. Buih yang mengalir membawa banyak kotoran bersamanya. Begitu juga umat Islam, berjalan bersama kotoran umat kafir.

2. Banjir membawa buih yang tidak bermanfaat bagi manusia. Begitu juga umat Islam, tidak melaksanakan tanggungjawabnya terhadap bangsa-bangsa lain, iaitu Amar Ma’ruf dan  Nahi Mungkar.

3. Buih akan segera luput. Dan kerana itu Allah akan menggantikan siapa yang berpaling dan menguatkan kelompok yang bermanfaat bagi manusia di muka bumi.

4. Buih yang dibawa banjir bercampur dengan kotoran tanah. Begitu juga pemikiran  majoriti umat Islam telah dikotori dengan sampah filsafat dan budaya yang rosak.

5. Buih yang dibawa oleh banjir tidak tahu akan berakhir di mana kerana dia berjalan bukan atas keinginannya. Dia seperti orang yang menggali kuburnya dengan kukunya. Begitu juga umat Islam, tidak tahu apa yang sedang direncanakan musuh-musuhnya ke atas diri  mereka. Anehnya, mereka masih saja membebek dan mengikuti mana yang lebih keras laungannya dan bersikap bagai pucuk lalang yang bergerak ke mana angin meniupnya.

Kelapan: Umat Islam menjadikan dunia sebagai matlamat utamanya. Matlamatnya ketika menuntut ilmu. Oleh kerana itulah mereka menjadi takut mati. Cinta dunia kerana mereka memeriahkan dunia hingga lupa kepada kampung akhirat.

Rasullullah   s.a.w   telah   mengingatkan    hal    yang    bakal    menimpa    umatnya. Dari Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash dari Nabi s.a.w, Baginda bersabda: Bila Parsi dan Rom ditakluk, di kaum mana kamu?”. Abdurrahman bin Auf berkata: “Kami akan berposisi seperti yang Allah perintahkan kami (iaitu akan memuji-Nya, bersyukur kepada-Nya dan meminta tambahan dari nikmat-Nya”. (Lihat An Nawawi 18/96),

Kata Baginda: Jangan sampai selain itu, iaitu kamu akan saling berlumba-lumba, kemudian saling mendengki, kemudian saling membelakangi, kemudian saling membenci – atau yang sejenisnya – kemudian kamu berjalan di hadapan muhajirin yang miskin dan sebahagian kalian memakan sebahagian”. (Hadith riwayat Muslim no. 2962)

Oleh kerana itu ketika diserahkan perbendaharaan Parsi, Umar bin Al-Khaththab r.a.  menangis dan berkata: “Sesungguhnya harta ini jika dibukakan kepada suatu umat, Allah jadikan permusuhan di antara mereka”.

Kesembilan: Orang-orang kafir tidak akan mampu menghancurkan umat Islam, walau mereka bersatu dari segala penjuru – dan mereka memang sudah bersatu -, sebagaimana dinyatakan dengan jelas dalam hadith Tsauban r.a., beliau berkata: Rasulullah s.a.w bersabda:

Sesungguhnya Allah telah melipat bumi ini bagiku, maka aku melihat bahagian timur dan baratnya. Dan umatku akan sampai kekuasaan mereka seperti yang ditunjukkan kepadaku. Aku juga diberi perbendaharan merah dan putih (emas dan perak yang itu adalah harta benda kerajaan Parsi dan Rom) dan aku meminta kepada Allah untuk umatku agar tidak dibinasakan dengan kelaparan setahun yang membinasakan mereka. Dan agar jangan sampai mereka dikuasai musuh selain diri mereka sendiri hingga akan dihancurkan mereka hingga akar-akarnya”.

Dan Allah telah berfirman: “Wahai Muhammad, Sesungguhnya Aku bila menetapkan suatu ketetapan, maka itu tidak mampu ditolak. Aku memberikan bagi umatmu untuk tidak dibinasakan dengan kelaparan setahun. Dan Aku tidak jadikan berkuasa mereka satu musuhpun selain diri sendiri yang akan menyerang mereka sendiri walau musuhnya sudah bersatu dari berbagai penjuru. Hingga di antara mereka sendiri yang saling menghancurkan satu sama lain”. (Hadith riwayat Muslim  no. 2889)

Maka apa yang mampu membuat sebuah pohon yang teguh yang akarnya menancap ke bumi dan cabangnya mencakar ke langit menjadi sia-sia?!

Disaring dari : Buletin Dakwah Al Minhaj Edisi VI/Th.I ( www.darussalaf.or.id )

Mereka Yang Menggenggam Bara Api

[Muat Turun Artikel – Format PDF]

Oleh Syaikh Abu Usamah Salim bin Ied Al Hilaly

Dari Abu Umayyah Asy Sya’baniy berkata: Aku bertanya kepada Abu Tsa’labah: “Ya Aba Tsa’labah apa yang engkau katakan tentang ayat Allah (yang bermaksud) :

“Wahai orang-orang yang beriman! Jagalah sahaja diri kamu (dari melakukan sesuatu yang dilarang oleh Allah). Orang-orang yang sesat tidak akan mendatangkan mudarat kepada kamu apabila kamu sendiri telah mendapat hidayat petunjuk (taat mengerjakan suruhan Allah dan meninggalkan larangan-Nya). (Surah Al-Maidah, Ayat 105)

Berkata Abu Tsa’labah:

Demi Allah, aku telah bertanya kepada Rasulullah s.a.w tentang ayat itu, maka Baginda bersabda yang maksudnya:

“Beramar ma’ruf dan nahi mungkarlah kamu sehingga (sampai) kamu melihat kebakhilan sebagai perkara yang ditaati, hawa nafsu sebagai perkara yang diikuti; dan dunia (kemewahan) sebagai perkara yang diagungkan (setiap orang mengatakan dirinya di atas agama Islam dengan dasar hawa nafsunya). Dan Islam bertentangan dengan apa yang mereka sandarkan pada kamu (tetaplah diatas diri-diri) dan tinggalkanlah orang-orang awam kerana sesungguhnya pada hari itu adalah hari yang penuh dengan kesabaran (hari di mana seseorang yang sabar menjalankan al-haq dia akan mendapatkan pahala yang besar dan berlipat kali ganda). Seseorang yang bersabar pada hari itu seperti seseorang yang memegang sesuatu di atas bara api, seseorang yang beramal pada hari itu sama pahalanya dengan 50 orang yang beramal sepertinya.”

Seseorang bertanya kepada Rasulullah s.a.w yang ertinya: “Ya Rasulullah, pahala 50 orang dari mereka?”. Rasulullah s.a.w berkata: “Pahala 50 orang dari kamu (para Sahabat Rasulullah s.a.w.)”.

Continue reading

SEBAB-SEBAB KEHANCURAN UMAT

[Muat Turun Artikel – Format PDF]

Kita akan membicarakan tentang mengapa Allah s.w.t. menghancurkan penduduk sesebuah negeri dan bahkan sesebuah umat. Mengapa mereka dihancurkan? Apakah Allah s.w.t. berbuat zalim kepada mereka? Tidak sama sekali, bahkan itulah balasan kezaliman yang mereka lakukan. Allah s.w.t. befirman, maksudnya, “Dan kami tidaklah menganiaya mereka, tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri”. (Surah Huud, Ayat 101)

Berikut adalah di antara sebab-sebab mengapa sebuah negeri atau umat dihancurkan. Jika di suatu tempat telah jelas sebab-sebab ini maka mereka sedang menunggu kebinasaan dan kehancuran dari Allah s.w.t.


1. Kezaliman

Kezaliman merupakan antara sebab paling utama mengapa Allah s.w.t. menghancurkan sebuah negeri. Allah s.w.t. berfirman, maksudnya, “Dan begitulah azab Rabbmu, apabila Dia mengazab penduduk negeri-negeri yang berbuat zalim. Sesungguhnya azab-Nya itu adalah sangat pedih lagi keras”. (Surah Huud, Ayat 102)

Amat banyak kezaliman yang terjadi di suatu negeri atau kampung, kezaliman kepada Allah s.w.t. dan kezaliman terhadap sesama manusia. Banyak kezaliman yang terjadi di suatu negara, baik terhadap orang-orang bawahan, para pegawai, buruh dan warga negara yang tidak mampu mendapatkan sebahagian hak-haknya, apa lagi keseluruhan haknya. Dan di antara kezaliman yang sangat besar adalah kezaliman terhadap orang-orang mukmin, muwahidin, kepada para da’i yang menyeru ke jalan Allah, kepada para wali Allah.

Continue reading

UJIAN AKAN MENINGKATKAN KETAQWAAN

[Muat Turun Artikel – Format PDF]

Saringan dari artikel oleh Madihah Rushaidi

Hidup bagaikan ayunan ombak, terkadang di atas, terkadang di bawah. Hari ini senyuman terukir dan kehidupan terasa begitu bermakna, hari esok mungkin ujian menimpa. Berlinanganlah air mata dan kehidupan terasa begitu mencengkam serta mendukacitakan. Begitulah norma kehidupan kita, sentiasa diuji dan teruji.

“Apakah manusia itu mengira bahawa mereka dibiarkan saja mengatakan; “Kami telah beriman,” sedangkan mereka tidak diuji? Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta”. (Surah Al-Ankabut, Ayat 2-3)

Di saat kita diuji, bagaimanakah kita menghadapinya? Bercakap secara teori dan berhadapan dengannya secara realiti adalah dua perkara yang jauh berbeza. Di sinilah jati diri, akhlak dan peribadi memainkan peranan dalam mencorak sikap, serta pandangan kita terhadap ujian yang ditimpakan ke atas diri kita. Keyakinan terhadap janji Allah s.w.t. juga menjadi penentu kepada reaksi seseorang terhadap ujian-ujian ini. Akan cepat melatahkah kita? Akan mula menyalahkan orang lainkah? Atau akan terfikir bahawa ujian ini tidak adil atau tidak baik untuk diri kita?

Continue reading

DUNIA ITU FATAMORGANA

[Muat Turun Artikel – Format PDF]

Banyak sekali ayat al-Quran ataupun hadith-hadith Rasulullah yang menyatakan tentang perbandingan antara keutamaan dan kenikmatan kehidupan akhirat dengan kehidupan dunia, yang mana akan didapati betapa jauhnya kemuliaan di antara keduanya, bahkan tidak sedikit adanya celaan terhadap kehidupan dunia. Akan tetapi celaan tersebut tidaklah ditujukan kepada siang dan malamnya, bumi tempat dunia ini berada, lautan, sungai-sungai, hutan dan lain-lain kerana semua itu adalah nikmat Allah bagi hamba-hamba-Nya, tetapi celaan itu ditujukan kepada tingkah laku anak Adam dan penghuninya terhadapnya. Allah Ta’ala berfirman: ”Ketahuilah bahawa (yang dikatakan) kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah (bawaan hidup yang berupa semata-mata) permainan dan hiburan (yang melalaikan) serta perhiasan (yang mengurang), juga (bawaan hidup yang bertujuan) bermegah-megah di antara kamu (dengan kelebihan, kekuatan, dan bangsa keturunan) serta berlumba-lumba membanyakkan harta benda dan anak pinak…”. (Surah Al-Hadid, Ayat 20)

Dunia ini hanyalah jalan menuju syurga dan neraka, tempat manusia mengumpulkan perbekalan untuk menuju kehidupan abadi, dan bertemu Allah Ta’ala Pencipta alam semesta, Yang akan menilai dan menerima bekal tersebut, jika baik maka nikmat syurga yang akan ia dapatkan dan jika buruk maka azab yang pedihlah yang akan dirasakan.

Continue reading

BERSYUKURKAH KITA?

[Muat Turun Artikel – Format PDF]

Syukur merupakan suatu amalan yang utama dan mulia, oleh kerana itu Allah s.w.t. memerintahkan kita semua untuk bersyukur kepada-Nya, mengakui segala keutamaan yang telah Dia berikan, sebagaimana dalam firman-Nya, yang maksudnya,

“Oleh itu ingatlah kamu kepada-Ku (dengan mematuhi hukum dan undang-undang-Ku), supaya Aku membalas kamu dengan kebaikan dan bersyukurlah kamu kepada-Ku dan janganlah kamu kufur (akan nikmat-Ku)”. (Surah Al-Baqarah, Ayat 152).

Allah s.w.t. juga memberitahu bahawa Dia tidak akan menyeksa mereka yang bersyukur, sebagaimana yang difirmankan-Nya, ertinya,

“Apa gunanya Allah menyeksa kamu sekiranya kamu bersyukur (akan nikmat-Nya) serta kamu beriman (kepada-Nya)? Dan (ingatlah) Allah sentiasa membalas dengan sebaik-baiknya (akan orang-orang yang bersyukur kepada-Nya), lagi Maha Mengetahui (akan hal keadaan mereka)”. (Surah An-Nisaa’, Ayat 147).

Continue reading