Dosa Besar – Pemimpin Yang Menipu Dan Menganiayai Rakyat

[Muat Turun Artikel – Format PDF]

VIDEO –  {Durasi – 1j 2m 33s] – Dosa Besar – Pemimpin Khianat, Zalim Dan Bertindak Sewenang-wenangnya – Ust Shamsuddin Abd Rahman

[ Tonton video di atas melalui saluran YouTube – https://youtu.be/2IbYsQgWNU0 ]

PEMIMPIN YANG MENIPU DAN MENGANIAYAI RAKYAT

Allah s.w.t berfirman: “Sesungguhnya dosa itu atas orang-orang yang berbuat zalim kepada manusia dan melampui batas di muka bumi dengan tiada sebarang alasan yang benar. Mereka itulah orang-orang yang beroleh azab seksa yang tidak berperi sakitnya”. (Surah Asy-Syura, Ayat 42)

“Dan janganlah sekali-kali kamu (Muhammad) mengira, bahawa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang zalim. Sesungguhnya Allah memberi tangguh kepada mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak. Mereka datang bergegas-gegas dengan mengangkat kepalanya, sedangkan mata mereka tidak berkedip-kedip dan hati mereka kosong”. (Surah Ibrahim, Ayat 42 & 43)

“Dan orang-orang yang zalim itu kelak akan mengetahui ke tempat mana mereka akan kembali”. (Surah Asy-Syu’araa’, Ayat 227)

“Mereka sentiasa tidak berlarang-larangan (sesama sendiri) dari perbuatan mungkar (derhaka dan ceroboh), yang mereka lakukan. Demi sesungguhnya amatlah buruk apa yang mereka telah lakukan”. (Surah Al-Maidah, Ayat 79)

Rasulullah s.a.w bersabda, “Barangsiapa menipu kita, maka dia bukan dari golongan kita”. [1]

Sabdanya, “Kezaliman itu akan menjadi kegelapan pada hari kiamat”. [2]

Sabdanya lagi, “Kamu semua adalah pemimpin. Kamu semua akan bertanggungjawab atas yang dipimpinnya”. [3]

Sabdanya: ”Mana-mana pemimpin yang menipu rakyatnya, maka tempatnya adalah neraka”. [4]

Sabdanya, “Barangsiapa diangkat oleh Allah untuk memimpin rakyatnya, kemudian dia tidak mencurahkan kesetiaannya nescaya Allah mengharamkan syurga baginya”. (Hadith riwayat al-Bukhari)

Dalam riwayat lain berbunyi: “…lalu dia mati pada hari kematiannya itu dia dalam keadaan menipu rakyatnya, maka Allah mengharamkan syurga baginya”. [5]

Rasulullah s.a.w juga bersabda, “Tidak ada seorang hakim pun yang memutuskan perkara di antara manusia kecuali pada hari kiamat kelak dia akan ditahan, sedangkan satu malaikat memegang tengkuknya. Jika dikatakan, “Lemparkan dia!”, maka malaikat itu melemparkannya ke dalam neraka Jahannam sejauh empat puluh tahun (perjalanan)”. [6]

Sabda Baginda, “Celakalah para pemimpin! Celakalah para pekerja! Celakalah para penjaga! Sungguh pada hari kiamat nanti ada kaum yang berangan-angan lebih baik rambut pada ubun-ubun mereka digantungkan pada bintang timur lalu diseksa meski tanpa suatu dosa”. [7]

Sabda Nabi s.a.w. “Pada hari kiamat kelak akan datang suatu masa di mana seorang hakim yang adil, (kerana beratnya hisab yang diterimanya) berangan-angan andainya dia tidak memutuskan perkara antara dua orang walau dalam kes sebiji kurma sekalipun”. [8]

Sabda Nabi s.a.w, “Tidak ada seorang pun yang memimpin sepuluh orang kecuali dia akan didatangkan pada hari kiamat kelak dalam tangan terbelenggu; entah keadilannya yang akan membebaskannya ataukah kezalimannya yang akan mencampakkannya (ke neraka)”.  [9]

Di antara doa-doa Rasulullah s.a.w,

“Ya Allah, barangsiapa yang mengurus urusan umatku ini lalu dia mengasihi mereka, maka kasihilah dia, dan siapa yang menyusahkan mereka maka susahkanlah mereka”. [10]

Rasulullah s.a.w bersabda:

“Barangsiapa diberi kuasa oleh Allah s.w.t. untuk menguruskan sesuatu dari urusan kaum muslimin, lalu dia tidak mahu tahu tentang keperluan, kemiskinan dan kefakiran mereka, maka Allah pun tidak akan mahu tahu tentang keperluan, kemiskinan dan kefakirannya”. [11]

Rasulullah s.a.w. bersabda, “Akan datang suatu masa di mana para pemimpin pada masa itu fasik dan bermaharaja lela. Barangsiapa membenarkan kedustaan mereka dan membantu mereka dalam berbuat zalim maka dia tidak termasuk dari golonganku, dan aku bukan dari golongannya. Dia juga tidak akan sampai ke telagaku”. [12]

Baginda s.a.w juga bersabda, “Dua golongan dari umatku tidak akan memperolehi syafaatku; pemimpin yang zalim dan penipu dan orang yang berlebih-lebihan (ghuluw) dalam urusan agama, sedangkan agama menjadi saksi atas mereka serta berlepas diri dari mereka”. [13]

Sabda Baginda s.a.w, “Manusia yang paling berat seksaannya pada hari kiamat adalah penguasa yang bermaharaja lela”. [14]

Dalam sebuah hadith Rasulullah s.a.w bersabda, “Wahai manusia, perintahkanlah kebaikan dan cegahlah kemungkaran sebelum kamu memohon kepada Allah. Sebab jika tidak, Allah tidak akan mengabulkan permohonanmu itu. Juga sebelum kamu minta ampun kepada Allah; jika tidak, Allah tidak akan mengampunimu. Sesungguhnya setelah para pendeta Yahudi dan Nasrani meninggalkan amar ma’ruf nahi munkar, maka Allah melaknat mereka melalui lisan para Nabi yang datang kepada mereka, kemudian Allah meratakan bencana ke atas mereka.” [15]

Sabda Nabi s.a.w.

“Barangsiapa mengadakan sesuatu yang baru dalam urusan kita (dien, Islam) yang bukan merupakan bahagian darinya, maka dia tertolak”. [16]

NOTA KAKI

1. Hadith Sahih. Diriwayatkan oleh Ahmad (2/242,417), Muslim (101), Abu Awanah (1/57), Abu Daud (3455), At-Tirmizi (1315) dan Ibnu Majah (2224) dari Abu Hurairah.

2. Hadith sahih. Diriwayatkan oleh Al-Bukhari (2447) dan Muslim (2579) dari Ibnu Umar.

3. Hadith sahih. Diriwayatkan oleh Al-Bukhari (2554,5188). Muslim (1829), At-Tirmizi (1705), Ibnu Hibban (4489, 4490) dan Ahmad (2/5,54,55) dari Ibnu Umar.

4. Hadith diriwayatkan oleh Ahmad (5/20) dan Muslim dari Ma’qil bin Yasar, lihat Ash-Shahihah (1754).

5. Hadith sahih. Diriwayatkan oleh Al-Bukhari (7150,7151), Muslim (142), Ath-Thayalisi (928), Ath-Thabrani (20/449,455,456,457), Ibnu Hibban (4495) dan Ahmad (5/25) dari Ma’qil bin Yasar.

6. Hadith diriwayatkan oleh Ahmad (1/430) dan Al-Baihaqi (7533) Asy-Syu’ab dari Ibnu Mas’ud dan didhaifkan oleh Asy-Syaikh dalam Adh-Dhaif (5168)

7. Hadith diriwayatkan oleh Ahmad (2/352), Ath-Thayalisi (2608), Ath-Thabrani dan Abu Ya’la (6189), Al-Baghawi (2468) dan Al-Hakim (4/91). Dan dia berkata bahawa isnadnya sahih dan disepakati oleh Az-Zahabi. Sanadnya hasan dari Abu Hurairah.

8. Hadith sahih. Diriwayatkan oleh Al-Baihaqi dalam Asy-Syu’ab (7382), Ahmad (2/431) dan Ath-Thabrani dalam Al-Ausath (274), (6225) dari Abu Hurairah Al-Haitsami berkata (5/205) diriwayatkan oleh Ath-Thabrani dalam Al-Autsath dan Al-Bazzar. Para perawinya adalah perawi Ash-Sahih. Diriwayatkan oleh Ahmad (5/323,327) dari Ubadah bin Shamit. Diriwayatkan oleh Ahmad (5/284,285) dari Sa’ad bin Ubadah. Diriwayatkan oleh Ath-Thabrani Ausath (4763) dari Buraidah dan di dalamnya terdapat kelemahan. Diriwayatkan juga dari Aisyah dan lain-lain. Dan hadith-hadith ini dikuatkan oleh sebahagian yang lain sehingga hadith ini menjadi kuat dan sahih. Insya Allah Ta’ala.

9. Diriwayatkan oleh Ath-Thayalisi (1546), Ahmad (6/75), dan Ibnu Abi Dunya dalam Al-Asyraf (no. 92) Al-Baihaqi (10/96), Ibnu Hibban (1563), Abu Ya’la (4726) dan Ath-Thabrani Ausath (3880) dari Aisyah dan didhaifkan oleh Asy-Syaikh dalam Adh-Dha’if (4866) dan Adh-Dha’ifah (1142).

10. Hadith diriwayatkan oleh Ahmad (6/93), Muslim (1828), Ibnu Hibban (553) dan Al-Baghawi (2471) dari Aisyah r.ha.

11. Diriwayatkan oleh Abu Daud (2948), At-Tirmizi, (1332),(1333), Ahmad (4/231), Al-Hakim (4/93) Al-Baihaqi Asy-Syu’ab (7385) dan As-Sunan (10/101) dari Amr bin Murrah dan disahihkan oleh Asy-Syaikh dalam Ash-Shahihah (629) dan Sahih At-Tirmizi (1071).

12. Diriwayatkan oleh Ahmad (5/384), Al-Bazzar (2/293,240) dan Ath-Thabrani Ausath (8491), Al-Haitsami berkata (5/247) salah satu sanad Al-Bazzar para perawinya adalah perawi Ash-Shahih begitu pula perawi Ahmad.

13. Diriwayatkan oleh Ath-Thabrani dalam Al-Kabir (8079) dan Syaikh Al-Albani menisbahkannya pada Abu Ishaq Al-Harb; dalam Gharib Al-Hadith (5/120:2) Dan Al-Jurjani lihat Ash-Shahihah (470), Shahih Al-Jami’ (3798), Dan Asy-Syaikh berpendapat: Hasan Dari Abu Umamah.

14. Hadith hasan diriwayatkan oleh Abu Ya’la (1083), Ath-Thabrani Ausath (1618, 4633), Ash-Shaghir (1/237) Abu Nu’aim (10/114) dari Abu Sa’id dan disahihkan oleh Asy-Syaikh dalam Shahih Al-Jami’ (1001).

15. Isnadnya dhai’f. Diriwayatkan oleh Ath-Thabrani dalam Al-Ausath (1389) dari Ibnu Umar Al-Haitsami berkata (7/266) dan di dalamnya terdapat perawi yang tidak dikenali.

16. Diriwayatkan oleh Ahmad (6/240.270). Al-Bukhari (2697), Muslim (1718). Abu Awanah (4/18). Ibnu Majah (14) dan Ibnu Hibban (26,27) dari Aisyah

· Nota: Saringan oleh Kumpulan Web Darulkautsar  dari buku terjemahan “Al-Kabair (Dosa-dosa Besar)’ karangan Imam Az-Zahabi. Buku terjemahan asal boleh dicapai di sini- https://drive.google.com/file/d/0B0r1wFGeMOw5eDdpZjM4a2YyRG8/edit

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s